Prolog

Pasca-Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945, bangsa Indonesia masih berjuang keras untuk mempertahankan kemerdekaannya.

Kurun waktu Agustus 1945–Desember 1947 menjadi masa-masa paling berat bagi para pejuang dalam mempertahankan kemerdekaan Indonesia setelah diproklamasikan pada 17 Agustus 1945. Pihak Belanda bersama sekutunya, dan Jepang, masih berupaya mengambil alih kekuasan. Pertempuran pun pecah di sejumlah daerah. Strategi gerilya dan diplomasi yang ditempuh berhasil membuat Belanda mengakui kedaulatan Indonesia.

194517 Agustus 1945

Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia 17 Agustus 1945 oleh Soekarno dan Mohammad Hatta atas nama bangsa Indonesia.

18 Agustus 1945

Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) menetapkan Undang-Undang Dasar RI 1945 serta memilih Soekarno sebagai Presiden dan Mohammad Hatta sebagai Wakil Presiden.

2 September 1945

Pembentukan kabinet pertama yang terdiri atas 16 menteri dan delapan gubernur untuk wilayah Sumatera, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Sunda Kecil, Maluku, Sulawesi, dan Kalimantan.

8 September 1945

Tentara sekutu dan tentara Nederlands Indie Civil Administration (NICA) mendarat di Indonesia.

10 September 1945

Jepang menyatakan akan menyerahkan pemerintahan kepada sekutu, tidak kepada Indonesia.

29 September 1945

Pendaratan tentara sekutu Allied Forces Netherlands East Indies sebanyak tiga divisi di Jawa Barat, Jawa Timur, dan Sumatera.

5 Oktober 1945

Tentara Keamanan Rakyat (TKR) dibentuk.

13 Oktober 1945

Pecah pertempuran di Medan Area antara pemuda TKR dengan tentara sekutu.

15 Oktober 1945

Tepat dini hari di Semarang terjadi pertempuran sengit antara TKR melawan tentara Jepang. Lebih dari 2.000 rakyat dan 100 pasukan Jepang tewas dalam pertempuran yang berlangsung lima hari itu.

Suasana menjelang peringatan Pertempuran Lima Hari di Tugu Muda, Kota Semarang, Jawa Tengah (14/10/2019). Pertempuran Lima Hari di Semarang, yang terjadi pada Oktober 1945, terjadi antara pejuang dan tentara Jepang. Salah satu korban tewas yakni Dr. Kariadi, yang namanya diabadikan sebagai nama rumah sakit di Semarang. (KOMPAS/ADITYA PUTRA PERDANA)

20 Oktober 1945

Pasukan sekutu mendarat di Semarang untuk menerima penyerahan kekuasaan dari tangan Jepang, namun justru memicu pertempuran di Ambarawa yang dikenal sebagai Palagan Ambarawa.

10 November 1945

Di Surabaya, Inggris mengultimatum pejuang Indonesia menyerahkan senjata pukul 06.00 pagi. Namun, hal tersebut tak dihiraukan. Pertempuran sengit pun pecah hingga awal Desember 1945.

1946

4 Januari 1946

Pemerintah Pusat Republik Indonesia memutuskan memindahkan ibu kota dari Jakarta ke Yogyakarta.

26 Januari 1946

Tentara Keamanan Rakyat (TKR) menjadi Tentara Republik Indonesia (TRI).

21 Febuari 1946

Di Padang terjadi pertempuran besar antara Inggris dan pasukan Indonesia, tepatnya di daerah Rimbo Kaluang.

23 Maret 1946

Inggris mengultimatum agar Bandung Selatan dikosongkan dari pasukan Indonesia. Malam hari, pasukan dan rakyat meninggalkan kota sambil membumihanguskan bangunan yang dikenal sebagai peristiwa Bandung Lautan Api.

15 November 1946

Pemerintahan RI dengan pihak Belanda menandatangani Perjanjian Linggarjati. Belanda mengakui wilayah Indonesia meliputi Jawa, Madura, dan Sumatera.

1947

1 Januari 1947

Perang terjadi di Kota Palembang antara laskar-laskar perjuangan dan tentara Indonesia melawan tentara Belanda yang mengacau.

25 Febuari 1947

Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP) mengesahkan persetujuan Linggarjati.

3 Juni 1947

Laskar-laskar perjuangan yang ada di Indonesia digabungkan dengan TRI sehingga berubah menjadi Tentara Nasional Indonesia (TNI).

Presiden Soekarno sedang melantik Jenderal Sudirman selaku Panglima Besar TNI. (Repro buku Lima Tahun Perang Kemerdekaan 1945-1949-Jilid Ketiga)

21 Juni 1947

Belanda melancarkan serangan besar-besaran (Agresi Militer I) ke wilayah pertahanan Indonesia. TNI merespon dengan perang gerilya.

1 Agustus 1947

Dewan Keamanan PBB menyerukan gencatan senjata antara TNI dengan Tentara Belanda.

1948

17 Januari 1948

Pihak RI dengan Belanda menandatangi Perjanjian Renville. Nama Renville diambil dari nama kapal Amerika Serikat yang dijadikan tempat perundingan tersebut.

18 September 1948

Di Kota Madiun, terjadi pemberontakan yang dilakukan Partai Komunis Indonesia (PKI).

19 Desember 1948

Belanda melakukan agresi militer kedua dan berhasil menduduki Ibu Kota Yogyakarta. Sebelum Presiden Soekarno ditawan, dirinya memberikan mandat kepada Syafrudin Prawiranergara untuk membentuk Pemerintah Darurat RI.

1949

1 Maret 1949

Serangan umum secara mendadak dilakukan gerilya TNI di Yogyakarta untuk menepis kabar yang disebarkan Belanda bahwa TNI telah hancur.

7 Agustus 1949

Pasukan TNI di daerah Surakarta melancarkan serangan ke benteng-benteng Belanda di Kota Solo.

23 Agustus 1949

Konferensi Meja Bundar (KMB) digelar di Kota Den Haag, Belanda. Hasilnya, Belanda segera menyerahkan kedaulatan kepada Republik Indonesia Serikat pada akhir Desember 1949.

Suasana dalam Konferensi Meja Bundar (KMB) di Den Haag, Belanda. (Repro buku Lima Tahun Perang Kemerdekaan 1945-1949-Jilid Kelima)

17 Desember 1949

Soekarno dilantik sebagai Presiden Republik Indonesia Serikat (RIS) pertama.

27 Desember 1949

Di Istana Merdeka dilangsungkan upacara pengakuan (penyerahan) kedaulatan dari Belanda kepada Indonesia. Bendera Belanda diturunkan dan diganti dengan bendera Merah Putih.


Comments

Popular posts from this blog